Penyakit Ginjal Akut Pada Anak, Benarkah Karena Obat?
Penyakit ginjal akut pada anak ditengarai terjadi akibat efek keracunan bahan campuran obat. Bagaimana kebenaran dari pandangan ini?

Berdasarkan data terakhir yang dilaporkan Kementerian Kesehatan RI, tingkat kematian dari kasus penyakit ginjal akut pada anak ini mencapai angka 52%.
Hingga akhir Oktober 2022, jumlah kasus kumulatif dari penyakit ini mencapai 304 kasus yang tersebar pada 2 provinsi seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, ada setidaknya laporan hingga 159 kematian.
Kebanyakan kasus ini menyerang anak dengan usia antara 1 – 5 tahun. Sementara jumlah kasus pada rentang usia di atas 11 tahun justru menjadi yang paling sedikit.
Apa sebenarnya penyebab penyakit ginjal aku pada anak ini? Benarkah efek obat yang kerap dikonsumsi anak anak itu menjadi pemicu utama? Bagaimana pula sebenarnya pengaruh obat terhadap kesehatan ginjal?
Penyebab Penyakit Ginjal Akut Pada Anak
Dalam pernyataan resmi dari Kemenkes, penyebab utama dari gangguan ginjal ini adalah senyawa kimia etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG). Kedua jenis senyawa kimia yang kerap menjadi salah satu bahan pencampur dalam obat.
Seiring dengan pernyataan ini, sejumlah obat yang ditengarai menggunakan bahan campuran etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) dinyatakan tidak boleh edar.
Bila sebelumnya hanya obat parasetamol sirup saja yang menjadi tertuduh utama. Namun kini menyebar hingga lebih dari 60 merek obat dari beragam jenis bahan.
Tidak hanya yang mengandung parasetamol, tetapi juga jenis bahan kimia obat obatan lain termasuk dengan peruntukan maag, flu, anti alergi dan lain sebagainya.
Sejumlah pihak meragukan akan kebenaran pandangan ini. Karena banyak pihak awam yang merasa telah mengonsumsi obat obatan tersebut dan sebelumnya tidak mengalami kendala dan keluhan apapun.
Apa sebenarnya yang terjadi? Benarkah obat obatan yang masuk daftar larangan ini memiliki efek buruk pada ginjal anak?
Pengaruh EG dan DEG Pada Ginjal Anak
EG dan DEG merupakan bahan campuran untuk membuat obat sirup. Tidak hanya untuk mencampur parasetamol sirup, tetapi juga sejumlah jenis obat lain termasuk obat maag, anti alergi, obat batuk dan lain sebagainya.
Bahan campuran ini membantu larutnya obat dalam bentuk cair. Selain kedua bahan tersebut, sebenarnya sudah ada 4 macam bahan campuran lain yang justru mendapat ijin dari BPOM. Keempat bahan tersebut adalah Propilen Glikol, Polietilen Glikol, Sorbitol, dan Gliserin.
Hanya saja, untuk EG dan DEG memang sudah sejak lama tidak dibolehkan menjadi bahan campuran obat. Meski efek cemaran diakui dapat saja terjadi akibat dari proses sintesis obat. Karenanya ada batasan wajar yang diterima oleh BPOM terkat kandungan EG dan DEG.
Bila kadarnya di atas ambang batas wajar, dianggap keberadaan keduanya sebagai bagian dari proses pencampuran dan bukan proses pencemaran. Secara hukum tindakan ini sudah dianggap pidana.
Tentunya ada alasan mengapa kedua bahan ini dilarang. Kedua jenis bahan kimia ini terbukti memiliki efek toksin yang kuat dengan pengaruh hanya 72 jam dari masa konsumsi.
Efek toksinya cukup berat karena dapat sekaligus merusak organ ginjal. Karena kinerja tubuh secara alami menggunakan ginjal untuk membuang toksin. Maka otomatis ginjal menjadi organ utama yang akan banyak kontak dengan senyawa ini.
Efek Keracunan EG dan DEG Penyebab Gagal Ginjal Anak.
Pasien akan menunjukan gejala ringan di awal seperti pusing, tidak nyaman ditenggorokan, demam dan lain sebagainya. Namun, ada gejala khas yang muncul pada tahapan lanjut dari efek keracunan EG dan DEG. Itu adalah gangguan kencing, dimana pasien akan mulai jarang kencing dan anyang-anyangan.
Pada fase ini pasien biasanya sudah mengalami gangguan ginjal dalam tahap awal atau menengah. Bilamana pada kondisi ini pasien segera dilarikan ke RS, maka masih sempat untuk tertolong.
Biasanya pasien akan mendapatkan obat (antidotum) Fomepizole. Setidaknya 40% kasus penyakit ginjal akut pada anak dapat sembuh setelah terapi dengan antidotum ini.
Teknik pengobatan ini sekaligus semakin membuktikan serangan ginjal massal ini berkaitan dengan keracunan toksin pada obat.
Di sisi lain, hasil lab atas pasien penyakit ginjal akut pada anak juga membuktikan adanya kandungan EG dan DEG hingga 70% di atas normal. Ini juga menjadi indikasi dasar yang meyakinkan apa sebenarnya penyebab kondisi tersebut.